Perbedaan Sistem Pendidikan antara Korea Selatan dan Indonesia

Sistem pendidikan

Sistem pendidikan di setiap negara memiliki karakteristik unik yang mencerminkan budaya, nilai, serta tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakatnya.

Korea Selatan dan Indonesia adalah dua negara yang memiliki sistem pendidikan yang berbeda dalam berbagai aspek, mulai dari fokus akademik, lingkungan sekolah, hubungan pendidik dan siswa, hingga kebiasaan belajar.

Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana kedua sistem pendidikan ini berbeda dan bagaimana hal tersebut memengaruhi para pelajar di masing-masing negara.

Baca juga: 5 Kota Pilihan untuk Ausbildung yang Sewa Apartemennya Murah

1. Fokus Akademik

Salah satu perbedaan utama antara sistem pendidikan di Korea Selatan dan Indonesia adalah fokus akademiknya.

Korea Selatan: Ujian Suneung dan Tekanan Akademik yang Tinggi

Di Korea Selatan, sistem pendidikan sangat berorientasi pada akademik dengan tingkat persaingan yang sangat ketat.

Puncak dari sistem ini adalah ujian Suneung (College Scholastic Ability Test, CSAT), yaitu ujian masuk perguruan tinggi yang sangat menentukan masa depan seorang siswa.

Ujian ini dianggap sebagai salah satu ujian paling sulit di dunia dan sangat menentukan peluang siswa untuk masuk ke universitas bergengsi seperti Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University (sering disebut sebagai SKY Universities).

Karena pentingnya ujian ini, tekanan akademik di Korea Selatan sangat tinggi. Banyak siswa mulai mempersiapkan diri sejak sekolah dasar dan menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk belajar demi mendapatkan nilai terbaik.

Selain itu, sistem peringkat di sekolah juga membuat siswa terus berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Hal ini menyebabkan banyak siswa mengalami stres, kelelahan, bahkan depresi akibat beban belajar yang berat.

Indonesia: SBMPTN dengan Tekanan yang Lebih Rendah

Di Indonesia, ujian masuk perguruan tinggi nasional dikenal sebagai Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Meskipun ujian ini juga menjadi faktor penting dalam menentukan masuknya siswa ke universitas negeri, tekanannya jauh lebih rendah dibandingkan Suneung di Korea Selatan.

Siswa Indonesia memiliki lebih banyak jalur untuk masuk ke universitas, seperti SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi) yang mempertimbangkan nilai rapor dan prestasi lainnya.

Hal ini membuat tekanan akademik di Indonesia lebih fleksibel dibandingkan Korea Selatan.

Selain itu, pendidikan di Indonesia lebih berorientasi pada keseimbangan antara akademik dan kegiatan ekstrakurikuler.

Sehingga siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial, kreativitas, dan kepemimpinan di luar akademik.

2. Lingkungan Sekolah

Perbedaan lainnya yang mencolok adalah lingkungan sekolah, terutama dalam hal jam belajar dan kegiatan tambahan di luar sekolah.

Korea Selatan: Jam Belajar yang Panjang dan Les Malam (Hagwon)

Di Korea Selatan, jam sekolah berlangsung dari pagi hingga sore, tetapi kebanyakan siswa tidak berhenti belajar setelah sekolah selesai.

Mereka biasanya menghadiri Hagwon, yaitu lembaga bimbingan belajar atau les tambahan di malam hari. Hagwon sangat umum di Korea Selatan karena dianggap sebagai faktor penting dalam meningkatkan prestasi akademik siswa.

Banyak siswa bahkan belajar hingga larut malam, sehingga mereka memiliki waktu istirahat yang sangat sedikit.

Selain itu, sekolah di Korea Selatan sangat disiplin, dengan aturan ketat mengenai kehadiran, pakaian, dan perilaku siswa.

Pengajar juga memiliki otoritas tinggi dalam mendidik siswa, dan pelanggaran disiplin dapat berakibat serius bagi siswa.

Indonesia: Jam Belajar Lebih Pendek dan Les Tambahan Opsional

Di Indonesia, sekolah umumnya berlangsung dari pagi hingga siang atau sore hari, tergantung jenjang pendidikan dan kebijakan sekolah masing-masing.

Setelah pulang sekolah, siswa memiliki lebih banyak kebebasan untuk beristirahat, bersosialisasi, atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Bimbingan belajar atau les tambahan di Indonesia bersifat opsional. Beberapa siswa memilih untuk mengikuti les untuk meningkatkan pemahaman mereka dalam mata pelajaran tertentu.

Tetapi banyak juga yang tidak mengikuti les tambahan karena sistem pembelajaran di sekolah sudah cukup memadai atau karena faktor ekonomi.

Secara umum, lingkungan belajar di Indonesia lebih fleksibel dibandingkan Korea Selatan, sehingga siswa memiliki lebih banyak waktu untuk mengembangkan keterampilan non-akademik.

3. Hubungan Antara Tenaga Pendidik dan Murid

Budaya dan norma sosial juga memengaruhi bagaimana hubungan antara pengajar dan murid terbentuk dalam sistem pendidikan di kedua negara.

Korea Selatan: Hubungan Formal dengan Rasa Hormat yang Tinggi

Di Korea Selatan, hubungan antara pendidik dan siswa sangat formal.

Baca juga: Rekomendasi 3 Jurusan Populer yang ada di TAFE NSW Australia

Siswa diharapkan untuk menunjukkan rasa hormat yang tinggi kepada mereka, seperti membungkuk saat menyapa dan berbicara dengan bahasa yang sopan.

Pengajar dianggap sebagai figur otoritas yang memiliki peran penting dalam membimbing siswa, dan perintah mereka harus dipatuhi dengan ketat.

Hal ini mencerminkan budaya Confucianism yang masih sangat berpengaruh dalam masyarakat Korea, di mana pendidik dianggap sebagai sosok yang harus dihormati dan tidak boleh dilawan.

Indonesia: Hubungan yang Lebih Santai namun Tetap Hormat

Di Indonesia, hubungan antara pendidik dan siswa lebih santai dibandingkan di Korea Selatan, meskipun tetap ada rasa hormat.

Siswa bisa berbicara dengan pengajar dalam suasana yang lebih akrab, terutama di sekolah-sekolah yang menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih modern dan interaktif.

Selain itu, beberapa pengajar juga berperan sebagai mentor yang membimbing siswa tidak hanya dalam hal akademik tetapi juga dalam pengembangan karakter dan keterampilan sosial.

Hal ini membuat lingkungan sekolah di Indonesia lebih fleksibel dan mendukung interaksi yang lebih terbuka antara pendidik dan siswa.

4. Kebiasaan Belajar

Korea Selatan: Belajar Intens dengan Tekanan Tinggi

Siswa di Korea Selatan memiliki kebiasaan belajar yang sangat intens. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk belajar, baik di sekolah maupun di Hagwon.

Tekanan untuk mencapai nilai tinggi membuat banyak siswa belajar hingga larut malam dan mengorbankan waktu tidur mereka.

Sistem ini menghasilkan siswa yang sangat disiplin dan terbiasa dengan kerja keras, tetapi di sisi lain, juga menyebabkan masalah kesehatan mental seperti stres dan kecemasan yang tinggi.

Indonesia: Lebih Banyak Waktu untuk Bersosialisasi

Di Indonesia, meskipun akademik tetap penting, siswa memiliki lebih banyak waktu untuk bersosialisasi dibandingkan di Korea Selatan.

Mereka tidak hanya fokus pada belajar tetapi juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti olahraga, seni, dan organisasi sekolah.

Kebiasaan belajar di Indonesia cenderung lebih seimbang, dengan banyak siswa memilih untuk belajar secara mandiri atau dalam kelompok dengan teman-teman mereka.

Baca juga: Fakta Unik Peking University! Kampus Paling Bergengsi di China

Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang lebih santai dan tidak terlalu menekan siswa.

Rekomendasi Kursus Bahasa Korea dan Persiapan Tes TOPIK

Perbedaan sistem pendidikan antara Korea Selatan dan Indonesia mencerminkan perbedaan nilai dan budaya di kedua negara.

Korea Selatan memiliki sistem pendidikan yang sangat kompetitif, dengan tekanan akademik yang tinggi dan jam belajar yang panjang.

Sebaliknya, Indonesia memiliki sistem pendidikan yang lebih fleksibel, dengan tekanan akademik yang lebih rendah dan kesempatan lebih besar bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan ekstrakurikuler.

Meskipun sistem pendidikan Korea Selatan menghasilkan siswa yang sangat disiplin dan memiliki prestasi akademik tinggi, tekanan yang berlebihan juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.

Sementara itu, sistem pendidikan Indonesia memberikan keseimbangan yang lebih baik antara akademik dan kehidupan sosial, meskipun masih memiliki tantangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Bagi kamu yang tertarik untuk belajar lebih dalam tentang sistem pendidikan Korea Selatan atau ingin menguasai bahasa Korea untuk keperluan akademik maupun profesional, Ultimate Education menyediakan berbagai program pelatihan dan bimbingan belajar bahasa asing, termasuk persiapan tes TOPIK (Test of Proficiency in Korean).

Dengan metode pembelajaran yang efektif dan tutor berpengalaman, Ultimate Education siap membantu kamu meraih hasil terbaik dalam tes bahasa Korea dan meningkatkan keterampilan komunikasi kamu.

Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar di tempat terbaik dan wujudkan impianmu untuk menguasai bahasa korea!

Untuk informasi lebih lanjut, segera hubungi Ultimate Education dan daftarkan dirimu sekarang!